Kisah Inspiratif Dari Seorang Pecandu Narkoba
Aldi Novrudi, yang dulunya seorang pecandu narkoba kini berhasil berubah, bahkan menjadi konselor bagi para pecandu lainnya lepas dari jeratan narkoba. Dia kini mengabdikan dirinya di UPT Terapi dan Rehabilitasi BNN Lindo Bogor.
Aldi berasal dari keluarga yang Broken Home, Ayah dan Ibu Aldi bercerai saat Aldi masih duduk di bangku kelas 4 SD. Inilah yang melatar belakangi Aldi terjerumus kedalam dunia narkoba.
Terjerumusnya Aldi kedalam dunia narkoba ternyata tidak hanya karena keluarga yang broken home, namun juga dikarenakan oleh lingkungan dan pergaulan. Diusia Aldi yang masih dini, Aldi kerap bergaul dengan teman-temannya yang sudah dewasa. “Saya bisa terkena narkoba diusia dini memang karena lingkungan. Dulu teman-teman saya itu kebanyakan umurnya lebih besar dari pada saya. Jadi saya ikut-ikut mereka, karena teman-teman saya itu yang bisa mengakses (narkoba) itu dan akhirnya saya ditawarin dan mencobanya” Ujar Aldi.
Berawal dari mencoba akhirnya menjadi pecandu, begitulah narkoba. Saat menjadi pecandu, Aldi kerap melakukan tindakan kriminal. Aldi sering melakukan pencurian yang hasilnya digunakan untuk membeli narkoba. “Ketika sudah menjadi pecandu saya mulai suka mengambil barang-barang di rumah. Saat main ke rumah saudara juga saya lakukan itu. Jadi, pasti ada saja barang yang hilang jika saya datang” kata Aldi.
Keluarga Aldi yang mengetahui tingkah laku Aldi tidak tinggal diam. Keluarga Aldi melakukan berbagai macam cara agar Aldi sembuh dari ketergantungan terhadap narkoba. Dari membawa Aldi ke dokter, orang pintar, pesantren, bahkan melakukan hal-hal aneh yang tidak lazim seperti berendam di sungai hingga mandi darah burung yang disembelih di atas kepalanya.
Pada usia 18 tahun, Aldi memutuskan untuk keluar rumah “saya agak diusir oleh ibu. Sebab saya menjadi influence bagi anak-anak kecil ditempat saya tinggal” katanya. Dari saat itulah Aldi akhirnya tinggal di jalanan. Sejumlah pekerjaanpun sudah dilakoni, dari jadi tukang parkir, penarik retribusi bus, sampai sekali-kali memalak orang. Aksi premanisme Aldi sempat mengantarkannya ke bui. Beberapa kali dia ditangkap polisi, mulai Polsek Taman Puring, Blok M sampai Setiabudi.
Pada tahun 2002, kondisi fisik Aldi berada pada titik terbawah, dia terbaring lemah tak berdaya. Pada tahun 2002 itu pula menjadi titik balik Aldi kembali ke jalan yang benar. Banyak teman-teman Aldi yang terkena HIV/AIDS akibat dari tukar jarum suntik.
Dengan bantuan dari kakaknya, Aldi menjalani pengobatan dan rehabilisasi di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO). Aldi menjani pengobatan dan rehabilisasi hingga bebas dari jeratan narkoba selama 18 bulan. Pasca pengobatan, Aldi tidak tinggal diam, dia merasa harus menyelamatkan oranag-orang yang senasib dengannya. Akhirnya Aldi memilih untuk belajar di RSKO untuk mengikuti pelatihan menjadi konselor.
Selama mengikuti rehabilitasi, Aldi dinilai disiplin dan konsisten untuk melepaskan diri dari narkoba. Perubahan yang luar biasa itu akhirnya membuat dia terpilih untuk diikutkan dalam sejumlah pelatihan rehabilitasi oleh RSKO. “saya sempat diikutkan pelatihan yang harganya saat itu Rp. 15 juta per program. Modelnya saya ikatan dinas di RSKO” Tuturnya.
Awal mula bergabungnya Aldi dengan BNN bermula ketika BNN sedang melakukan studi banding ke RSKO untuk melihat metode rehab therapeutic community, BNN kemudian mengajukan peminjaman staff. Pihak RSKO pun menunjuk Aldi.
Singkat cerita, Aldi ditawari kerja di BNN sebagai Konselor. Saat itu tempat rehabilitasi milik BNN belum di Londo Bogor, melainkan masih di Cawang Jakarta Timur. “ternyata saya diizinkan RSKO, bahkan saya tidak diharuskan membayar training-training yang pernah saya ikuti” ujarnya.
Dari sejumlah kemudahan yang diberikan oleh RSKO, Aldi merasa harus total bekerja sebagai konselor pecandu narkoba. Sebab ia manganggap apa yang ia dapat selama ini gratisan, maka Aldi berpikir ia juga harus bersungguh-sungguh mengamalkan ilmu yang didapatnya secara gratisan pula. Aldi bersetatus sebagai konseler di BNN sejak Januari 2006. Saat kehidupannya sudah kembali kejalan yang benar, Aldi menikah dengan Farah Yunita pada September 2006.
Pada saat itu pula Aldi kembali ke ibunya, pada saat itu ibunya sangat terkejut dengan perubahan drastis anaknya. Ibunya kala itu tak henti-hentinya meneteska air mata haru. Bagaimana tidak? Dulu Aldi adalah seorang pecandu, susah diatur dan suka membuat onar, kini dia berubah menjadi anak yang berprestasi dan membanggakan.
Sebagai konsistennya di jalur konseler pengguna narkoba, Aldipun menempuh pendidikan psikologi di sebuah kampus swasta di Jakarta. Setiap akhir pekan Aldi meninggalkan Bogor untuk kuliah.
Kini Aldi tidak sekedar lepas dari narkoba, dia juga sudah bisa membangun bisnis bersama istrinya. Aldi dan Farah memiliki bisnis kue di Bogor. Aldi juga merangkul kembali ayahnya dengan mengajak berbisnis restoran Padang di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Kebetulan ayah Aldi berasal dari Padang.
Aldi berpesan kepada siapapun yang memiliki keluarga ketergantungan terhadap narkoba harus bijak melihat permasalahan penyalah gunaan narkoba yang dialami oleh anggota keluarganya.
“Ini penyakit otak kronis, tidak akan berubah kalau tidak ada terapi yang tepat. Semakin kita diamkan dia, semakin parah” ujarnya.
“Karena itu para orang tua tidak perlu malu untuk membawa anaknya ke tempat-tempat rehabilitasi sebelum semua terlambat”. Imbuhnya.
“Karena itu para orang tua tidak perlu malu untuk membawa anaknya ke tempat-tempat rehabilitasi sebelum semua terlambat”. Imbuhnya.
Semoga cerita ini dapat menjadi inspirasi kita semua dalam menyikapi anggota keluarga kita yang terjerumus kedalam dunia narkoba.