By - admin

ALKITAB DIGITAL vs ALKITAB FISIK, MANAKAH YANG LAYAK DIGUNAKAN?

Alkitab fisik dan Alkitab digital (Foto: apps4god.org)

Akhir-akhir ini kita seringkali mendapati sebagian jemaat Kristen menghadiri suatu kebaktian di gereja dengan membawa smartphone (ponsel pintar) dan tablet (smartphone layar lebar) selain dari Alkitab. Bahkan kedapatan sedang menggunakan smartphone / tablet pada saat ibadah sedang berlangsung. Bukan tanpa alasan, smartphone dan tablet kini sudah beralih fungsi dari alat komunikasi menjadi media hiburan dan bahkan menyamai kitab suci. Terlihat dari kemampuannya dalam menjalankan permaianan dan aplikasi ebook (buku elektronik) yang dimanfaatkan sekelompok orang untuk menciptakan Alkitab digital yang fleksibel bagi umat Kristen. Sebenarnya inilah sisi positif dari kemajuan teknologi yang patut diapresiasi. Namun, apakah dampaknya selalu positif?

“Alkitab Digital” kedengarannya keren! Ini adalah sebuah program aplikasi tambahan pada perangkat smartphone / tablet yang berfungsi sebagai alternatif Alkitab dalam bentuk buku fisik yang selama ini kita gunakan. Bahkan, sepertinya penggunaan Alkitab fisik sudah semakin berkurang seiring banyaknya masyarakat atau jemaat Kristen yang menggunakan Alkitab digitalsehari-hari. Tampaknya popularitas Alkitab fisik yang legendaris ini semakin menurun. Tapi mau sampai kapan kita dilema dengan dua pilihan penggunaan ini? Mungkin sempat terlintas di pikiran Anda pertanyaan-pertanyaan seperti: Apakah Alkitab digital akan menggantikan posisi Alkitab fisik seutuhnya; Apakah Alkitab digital resmi dirilis oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI); Apakah Firman memperbolehkan umat menggunakan Alkitab digital; Kapan waktu yang tepat untuk menggunakan Alkitab digital; Apakah boleh menggunakan Alkitab digital secara rutin di gereja? Yups!Pertanyaan-pertanyaan sederhana tersebut tampaknya membuat kita harus berpikir dua kali untuk menjawabnya. Tapi di sini Saya akan mencoba mengulas sedikit menurut pandangan saya terkait pertanyaan-pertanyaan tersebut yang sekiranya mampu memberi gambaran terang bagi Anda yang masih dilema dengan dua pilihan Alkitab ini.

Apakah Alkitab digital akan menggantikan posisi Alkitab fisik seutuhnya?

Perlu digaris bawahi bahwa Alkitab digital dan Alkitab fisik adalah dua hal yang sangat berbeda meski memiliki isi yang sama. Perbedaan ini mencakup hak cipta, bentuk, isi, kemudahan akses, hingga uji kelayakan. Secara resmi Alkitab fisik adalah yang diperbolehkan penggunaannya secara nasional oleh LAI. Hal ini bukan berarti bahwa Alkitab digital diharamkan. Tidak, Alkitab digital sebenarnya juga dirilis oleh LAI untuk memudahkan umat Kristen mengakses ayat-ayat Alkitab dengan lebih cepat dan praktis. Meskipun lebih mudah dan praktis penggunaannya, Alkitab digital tidak dapat menggantikan posisi Alkitab fisik seutuhnya. Apalagi penggunaan Alkitab digital dalam peribadahan umat Kristen saat ini masih menuai kontroversi. Lagipula tidak semua orang menggunakan smartphone dan tablet sehingga Alkitab fisik adalah pilihan terbaik bagi mereka. Yang menggunakanaplikasi Alkitab digitalpun perlu fokus terhadap suasana ibadah dengan tidak tergoda pada aplikasi lain yang juga tersemat di dalamnya. Terkadang juga Alkitab fisik tidak selalu kita bawa ke mana-mana sehingga Alkitab digital yang terbenam di smartphone dan tablet adalah pilihan terbaik. Intinya adalah baik Alkitab fisik dan Alkitab digital harus saling melengkapi setiap kekurangan dan kebutuhan yang ada. Alkitab sendiri telah mengalami banyak perubahan fisik dalam waktu yang sangat panjang, mulai dari bahan papirus dan perkamen, bahan kertas, hingga yang terbaru saat ini dalam bentuk digital elektronik.

Apakah Alkitab digital resmi dirilis oleh Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)

Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yang menerbitkan Alkitab fisik yang selama ini kita gunakan juga merilis Alkitab digital sebagai pelengkap. Ingat kata kuncinya, sebagai pelengkap bukan pengganti. Keberadaan Alkitab digital diharapkan mampu dipergunakan dengan sebaik-baiknya sesuai keperluan, mengingat era digitalisasi sudah berlangsung di era globalisasi ini.



Pdt. Dr. IP. Lambe & pengurus Yayasan LAI launching Alkitab digital (Foto: pgi.or.id/)

Berikut Saya lampirkan kutipan pernyataan Pdt. Dr. Ishak Pamumbu Lambe (Ketua Umum Yayasan LAI) terkait alasan LAI merilis Alkitab digital seperti yang dilansir dari laman pgi.or.id (10/2/2018):

Dengan adanya Alkitab Digital menunjukkan bahwa LAI menyambut perkembangan digitalisasi, dan melihatnya sebagai suatu kesempatan yang baik supaya firman Allah itu lebih cepat, mudah dan bisa menjangkau banyak orang.


Jelas disebutkan bahwa Alkitab digital diperbolehkan penggunaannya oleh LAI dalam kebaktian atau ibadah guna memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Bukan tanpa alasan LAI merekomendasikan penggunaan LAI ini. Sebab menurut informasi yang disampaikan pihak LAI bahwa Alkitab digital yang mereka rilis ini memuat tidak hanya teks ayat Alkitab saja, tetapi juga dilengkapi dengan sejumlah fitur unggulan seperti audio-video di setiap pasal, gambar ilustrasi, artikel, kidung yang dilengkapi dengan partitur, dan wiblika.  Fitur lain yaitu bookmark, yang fungsinya untuk menandai, mewarnai, meng-copy, dan men-share. Adapun Alkitab digital dengan fitur lengkap ini baru dirilis pada tanggal 9 Februari 2018 lalu oleh LAI sehingga penggunaannya belumlah meluas. Itu berarti bahwa Alkitab digital yang digunakan umat Kristen selama ini bukan merupakan rilisan LAI sehingga minim fitur. Meskipun demikian, isi ayatnya tetaplah sama.

Apakah Firman memperbolehkan umat menggunakan Alkitab digital?

Saya tidak mempunyai keahlian khusus dalam menafsirkan Firman Tuhan apalagi berkhotbah bagi banyak orang. Tapi sama seperti Anda, kita diberikan kemampuan untuk berpikir dan menganalisa segala sesuatu termasuk Firman Tuhan. Terkait dengan Firman yang memperbolehkan umat menggunakan Alkitab digital sepertinya secara terang-terangan tidak ada. Namun secara pemaknaan itu ada yang intinya adalah menggunakan teknologi bagi kemuliaan nama Tuhan. Sebut saja, jika kita bisa menggantikan posisi gambus dan kecapi dengan alat musik elektronik modern guna memuji dan memuliakan nama Tuhan, atau menggunakanlayar infocus sebagai pengganti liturgi ibadah, mengapa Alkitab digital tidak juga dimanfaatkan?

Sumpah menggunakan Alkitab digital (Foto: apps4god.org/)

Namun, harus tetap pada penggunaan yang wajar. Jangan seperti Suzi Levine, duta AS di Swiss yang diambil sumpahnya dengan menggunakan tablet yang menampilkan halaman Alkitab digital. Bagaimanapun juga bentuk fisik Alkitab terlihat lebih layak dalam bentuk buku fisik meskipun hanya bersifat simbolik. Hal ini dikarenakan Alkitab fisik berfungsi tunggal sebagai kitab suci dibanding Alkitab digital dalam bentuk aplikasi yang multifungsi.

Kapan waktu yang tepat untuk menggunakan Alkitab digital?

Sebenarnya Alkitab digital dapat digunakan setiap waktu sesuai kebutuhan. Namun, ada saat-saat tertentu dimana penggunaan Alkitab digital tidak sesuai konteks seperti yang terdapat pada kasus pengambilan sumpah dari Suzi Levine sebelumnya. Penggunaan Alkitab digital sendiri efektif apabila kita sedang bersantai di rumah, sedang dalam perjalanan, liburan, di tempat kerja, hendak berbagi ayat Alkitab via smartphone / tablet, ataupun di tempat-tempat ibadah ketika kita tidak sempat membawa Alkitab fisik. Penggunaan Alkitab digital dalam ibadah sah-sah saja selama itu tidak mengganggu konsentrasi kita dan orang lain. Namun, sebaiknya bawa serta Alkitab fisik apabila hendak beribadah karena mengingat posisi Alkitab digital saat ini hanyalah sebagai pelengkap. Itu sih saran dari Saya. Kita bisa menggunakan keduanya pada saat bersamaan. Contoh: Untuk mempercepat pencarian ayat-ayat Firman Tuhan dan beralih antara satu ayat dengan ayat yang lainnya, gunakan Alkitab fisik dan Alkitab digital secara bersamaan. Alkitab fisik untuk membuka pembacaan pertama dan Alkitab digital untuk membuka pembacaan kedua dalam satu waktu.


Apakah boleh menggunakan Alkitab digital secara rutin di gereja?


Mengapa tidak? Pertanyaan ini secara tidak langsung telah terjawab pada pertanyaan-pertanyaan sebelumnya. Intinya adalah digunakan sesuai keperluan dan selama tidak mengganggu konsentrasi dan suasana ibadah atau kebaktian yang dilakukan. Hal-hal yang perlu dihindari misalnya panggilan masauk, SMS dan notifikasi lainnya yang membunyikan suara. Terkadang navigasi yang tak disengaja juga akan menutup layar Alkitab digital yang sedang dibaca dan ini fatal akibatnya bagi jemaat dan pelayan ibadah yang sedang membaca Firman. Hal lainnya yang cukup serius adalah ketika kita membawa serta anak kecil ke gereja dan ia merengek hendak mengambil smartphone tablet yang kita gunakan untuk membaca Alkitab. Tingkahnya akan mengganggu kita dan jemaat lainnya yang sedang khusuk mengikuti jalannya ibadah.

Baca Juga: Tradisi Paskah Jemaat GPM Allang Asaude


Demikian ulasannya. Kesimpulan yang dapat ditarik dari ulasan artikel ini adalah penggunaan Alkitab digital dan Alkitab fisik harus sejalan dan saling melengkapi, serta tidak mengganggu jalannya ritual ibadah atau kebaktian yang dilakukan. Satu hal penting yang perlu dicatat dan digaris bawahi yang ingin Saya sampaikan kepada Anda adalah: “Alkitab yang sejati bukan berupa buku fisik atau aplikasi digital semata, tetapi Alkitab sejati ialah Firman Tuhan yang tertulis di hati dan pikiran kita oleh tuntunan Roh Kudus yang memampukan kita untuk mengasihi Allah dan sesama manusia.” Kiranya Anda dan Saya selalu diberkati, Amin?

https://allangasaude.blogspot.com/2018/06/alkitab-digital-vs-alkitab-fisik.html

Leave a Reply

Your email address will not be published.
*
*