5 Cara Mendidik Remaja Menyikapi Hasrat Seksualnya
Sumber: https://www.halodoc.com/5-cara-mendidik-remaja-menyikap-hasrat-seksualnya
(27 Feb 2019)
Halodoc, Jakarta – Survei yang dilakukan Komite
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Kementrian Kesehatan pada tahun 2013
menyebut, sebanyak 62,7 persen remaja Indonesia telah melakukan hubungan
seksual di luar nikah. Hal ini menjadi isu prioritas karena selain bertentangan
dengan ajaran agama, seks pranikah meningkatkan risiko infeksi penyakit menular
seksual.
Masa Puber Pengaruhi Hasrat Seksual Remaja
Kelenjar seks (gonads) tidak hanya mengatur perubahan fisik, tapi
juga psikis remaja seperti rasa suka terhadap lawan jenis. Hal ini kerap
menimbulkan konflik karena hasrat seksual dan pertimbangan moral sering tidak
sejalan. Hasrat seksual terlalu besar tak jarang menjadi pembenaran sebagai
dalih perilaku seksual pranikah.
Agama hanya membolehkan hasrat seksual disalurkan melalui
pernikahan, begitu pula dengan budaya ketimuran. Itu mengapa pada zaman dahulu,
usia pernikahan tergolong muda. Kini, remaja memiliki kesempatan untuk sekolah
dan berkarya sebelum menikah. Remaja diharapkan mampu memiliki kontrol diri yang
kuat, terutama perihal hasrat seksual. Itu sebabnya peran orangtua dibutuhkan
untuk mengedukasi anak tentang kesehatan reproduksi.
·
Beri
tahu jika seks bebas memiliki risiko. Termasuk kehamilan bagi remaja perempuan
dan infeksi menular seksual (IMS) seperti HIV/AIDS, sifilis, dan gonore. IMS
bisa terjadi pada siapa saja, termasuk remaja perempuan dan laki-laki.
·
Ajarkan
cara menghargai diri sendiri dan orang lain. Menghargai diri sendiri adalah salah satu
cara agar remaja tidak mudah terpengaruh oleh citra “remaja sempurna” di media,
bujukan teman, maupun kekasih. Jelaskan pada anak bahwa ia harus menghargai
lawan jenisnya dan tidak meniatkan hubungan romantis sebagai sarana penyaluran
hasrat seksual. Beri tahu juga bahwa cinta tidak sama dengan seks.
·
Hindari
dari konten pornografi. Media
dengan konten pornografi terbukti menimbulkan hasrat seksual pada remaja. Akses
terhadap pornografi secara berulang dapat merusak otak bagian pengambilan
keputusan dan merusak empat hormon baik. Salah satu efeknya, seorang anak yang
melihat konten pornografi berpotensi melampiaskan hasrat seksual tanpa
memedulikan rasa malu serta rasa takut pada orangtua ataupun Tuhan. Atau, ibu
bisa memberitahu anak bahwa apa yang ia lihat tidak untuk dipraktekan.
·
Ajarkan
cara bertanggung jawab. Beri tahu anak bahwa tanpa orangtua mengawasi, ia harus
tetap bertanggung jawab atas perilakunya. Sehingga ia perlu menghindari
perilaku yang berdampak negatif bagi diri sendiri dan keluarganya.
·
Libatkan
dalam kegiatan positif. Misalnya dalam kegiatan organisasi di sekolah,
ekstrakurikuler, mendalami hobi, dan rutin berolahraga. Kegiatan positif ini
dapat mengurangi dan mengalihkan hasrat seksual yang muncul. Jika remaja cukup
sibuk dengan kegiatan positif yang ia sukai, kemungkinan untuk memikirkan dan
melakukan aktivitas seks berkurang.
·
Ciptakan
waktu berkualitas dengan anak. Kedekatan anak dengan orangtua membuatnya
terbuka atas segala hal, termasuk urusan pendidikan dan percintaan. Jika ia
menunjukkan perilaku berbeda, jangan ragu bertanya tentang apa yang sedang
dirasakan dan dialaminya. Dengarkan apa yang dibicarakan dan beri nasehat bila
perlu. Hindari mengkritik, menuduh, dan menghakimi anak tanpa bukti karena hal
ini justru memperumit keadaan.